Petani Malang Raih Rupiah dari Harumnya Vanili

By Admin


nusakini.com - Bak ‘surga yang tersembunyi’ Indonesia kaya akan produk-produk pertanian yang perlahan muncul ke permukaan dunia, salah satunya adalah rempahSalah satu produk rempah yang menjadi incaran dunia luar adalah valini. Vanili Indonesia diakui paling berkualitas dan bahkan mengalahkan negara asal vanili yakni Meksiko. Dilintasi garis khatulistiwa dengan garis edar matahari yang begitu dekat membuat vanili Indonesia digandrungi dunia.

Bahkan, masyarakat Eropa punya julukan khusus untuk vanili Indonesia, 'Java Vanilla Beans'. Yang secara harafiah, berarti 'polong vanili Jawa', meski tak semua vanili Indonesia berasal Jawa. Petani di Indonesia secara umum lebih mengenal sebagai vanili, namun ketika sudah menjadi produk ternyata menjadi vanila. Kita juga cukup familier dengan susu rasa vanila, es krim rasa vanila dan beragam produk kue rasa vanila. Dan rasa vanilla pada makanan atau minuman itu menjadi favorit bagi sebagian orang karena rasa manisnya yang khas. Rasa ini berasal dari buah tanaman vanili (Vanilla planifolia) yang termasuk salah satu jenis anggrek. 

Vanila di banyak negara menjadi komoditas yang seksi karena harganya mahal dan banyak dicari. Namun begitu untuk bisa memanen buah vanili diperlukan waktu 2-3 tahun setelah tanam. Panen dapat dilakukan selama setahun sekali dengan waktu panen 2 hingga 3 bulan penuh sesuai kematangan buah. Vanili yang siap panen memiliki buah berwarna hijau dengan pucuk yang berwarna kuning.

Di kabupaten Malang Jawa Timur terdapat beberapa titik petani vanili antara lain Kecamatan Kromengan, Kecamatan Sumber Manjing Wetan dan Kecamatan Kalipare. 

Salah satu petani yang berani untuk terus melanjutkan usahanya bertanam vanili di tengah pandemi itu adalah Anang, petani dari Desa Peniwen Kecamatan Kromengan yang menjadi Ketua KTNA Kecamatan Kromengan. Dirinya menceritakan bahwa bertanam vanili adalah satu keasyikan panjang, namun pada saatnya nanti akan memetik hasil yang cukup memuaskan.

“Saya memulai bertanam vanili di tahun 2000. Saya manfaatkan pekarangan yang ada, dibuatkan naungan, menggunakan pupuk organik dari limbah ternak dan karena lokasinya dekat, hal ini cukup memudahkan pemantauan dan pengamatan. Saya pernah memanen dengan harga polong basah Rp 200.000/ kg dan 2 juta per kilogram jika sudah menjadi serbuk vanili kering," kenangnya.

Anang tak sendiri, dirinya mendapat dukungan dari berbagai pihak salah satunya adalah KTNA (Kontak Tani dan Nelayan Andalan) Kabupaten Malang. Hal ini tidak mengherankan karena KTNA Kabupaten Malang ingin mempertahankan tradisi Malang sebagai daerah berpotensi besar di bidang pertanian.

Hal tersebut disampaikan Gatot Setiawan sebagai pengurus KTNA Kabupaten Malang. "Kita telah menjadi salah satu kiblat perkembangan pertanian di Jawa Timur dan nasional. Kita cukup sukses menyelenggarakan Penas KTNA XIV di tahun 2014. Kita tetap menjaga aneka potensi pertanian yang ada di Kabupaten Malang dan salah satunya adalah vanili yang dihandle oleh petani di Kromengan," tutur Gatot yang sehari-hari menjadi penyuluh pertanian THL-TBPP di Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang.

Pada saat yang sama Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kromengan Taukhit menuturkan bahwa kreativitas pak Anang bisa menjadi teladan bagi petani lain. “Komoditas vanili ini termasuk komoditas yang beda. Bayangkan, setidaknya dibutuhkan 2 tahunan baru akan diperoleh hasil, dibutuhkan kesabaran ekstra. Namun karena sudah dipilih, ya harus terus dijaga dan dikembangkan. BPP mendampingi sepenuhnya hingga panen dan bersedia menjadi kawan diskusi dan sumbang saran," tuturnya.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menargetkan ekspor untuk sejumlah komoditas perkebunan seperti kopi, kelapa, lada, pala, dan vanili tumbuh tiga kali lipat dalam 5 tahun ke depan. SYL mendorong agar para petani untuk meningkatkan hasil produksinya hingga tiga kali lipat sehingga bisa menguntungkan negara. Agar target ekspor bisa tumbuh tiga kali lipat maka dibutuhkan kerjasama semua stakeholder bukan hanya pemerintah saja. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menambahkan untuk bisa mencapai target yang telah ditetapkan Mentan maka petani harus lebih bersemangat untuk meningkatkan hasil produksinya. Terlebih di kondisi pandemi ini, petani harus tetap bertani agar sektor pertanian tetap berjalan.

 (Lely)